Kamis, 24 September 2009

Beautifull Image


Kalo kata Upin-Ipin :"Wah.....cantiknye gambar ni, mau tau tak ini gambar ape?"^^

Gambar ini aku dapatkan dari kiriman e-mail sorang kawan. Menurut keterangan di e-mail tersebut, gambar itu dilihat dengan menggunakan mikroskof elektron, makanya hasilnya jelas banget kan!

Kawan-kawan pasti ga akan menduga kalo ternyata gambar cantik di samping itu adalah gambar virus  yang sangat mematikan dan belum ada obatnya.Hayo...virus apa itu? bagi yang menjawab gambar disamping adalah gambar virus HIV, mmm....betul-betul-betul^^. Gambar itu memang gambar virus HIV yang sangat mematikan.

Subhanalloh, ini salah satu kebesaran Alloh juga kalo kita mau mentafakuri setiap kejadian sekecil apapun. Ternyata yang indah itu belum tentu indah kawan-kawan. Aku jadi teringat dengan salah satu kutipan dari surat cintaNYA. Kalo yang buruk itu belum tentu buruk, bisa jadi itu baik bagimu. Dan yang baik, belum tentu baik, bisa jadi itu buruk bagimu. Alloh lebih tau....

Jadi sederhananya kawan-kawan kalo ditautkan dengan perjalanan hidup kita di dunia kita tidak boleh berputus asa dengan segala cobaan hidup yang kita alami. karna kawan-kawan kita punya Alloh yang akan selalu ada untuk kita disamping keluarga, sahabat, dan saudara-saudara kita yang selalu mendukung kita. So...TETAP SEMANGAT ^^

Senin, 21 September 2009

Ketika Karunia Adalah Ujian

Menurut ulama, tidak selayaknya kita iri hati dengan derajat yang diperoleh para nabi. Sebab, ketinggian derajat mereka sebanding lurus dengan beratnya cobaan yang mereka hadapi. Cobaan atau bala yang dihadapi para nabi bukan hanya yang berwujud penderitaan, tapi juga berupa karunia kenikmatan. Dan, mereka, para nabi itu, sangatlah layak memperoleh derajat tinggi di sisi Allah karena keteguhan mereka dalam menghadapi setiap ujian dari Allah.

Nabi Sulaiman, misalnya, meskipun diberi kekuasaan besar oleh Allah, tidak lantas menjadi lalai dan silau. Ia setiap harinya menerima tamu dan memberi mereka makan berupa tepung halus. Sedangkan keluarganya sendiri, yakni istri-istri dan anak-anaknya, diberi makan tepung kasar. Sementara itu, ia sendiri setiap harinya hanya makan gandum yang belum ditumbuk.

Demikian pula Nabi Yusuf, sang bendaharawan Mesir itu, selama hidupnya tidak pernah kenyang. Ketika ditanya alasannya, ia selalu menjawab, ''Aku takut, jika perutku sampai kenyang, maka aku akan melupakan orang-orang yang lapar.''

Nabi Muhammad SAW juga tak jauh berbeda dengan mereka. Suatu ketika Jibril sedang bersama beliau, dan tiba-tiba datang seorang malaikat yang lain. ''Aku khawatir, jangan-jangan ia membawa sebuah tugas untukku,'' kata Jibril. Tetapi, sang malaikat terus berjalan menuju Rasulullah, dan kemudian berkata, ''Salam dari Allah untukmu, ya Muhammad. Saya membawa kunci-kunci perbendaharaan bumi untuk Anda. Jika Anda mau, ambillah, niscaya semua yang ada di bumi ini akan menjadi emas dan perak. Semua itu akan abadi bersamamu hingga hari kiamat, dan tidak mengurangi sedikit pun dari apa yang akan engkau peroleh di sisi Allah SWT.''

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW tidak silau oleh tawaran duniawi dari Allah lewat malaikat tersebut. Beliau menjawab, ''Biarlah saya terkadang lapar dan terkadang merasa kenyang.'' Karenanya, Allah SWT berfirman, ''Dan janganlah kamu tergiur oleh kesenangan yang Kami berikan kepada beberapa keluarga di antara mereka sebagai bunga kehidupan dunia. Kami hendak menguji mereka dengan kesenangan itu.'' (Thaha: 131).

Para nabi dan rasul tersebut senantiasa menghindarkan diri jangan sampai menikmati kelezatan yang mungkin mereka raup dari karunia Allah. Mereka berkeyakinan, segala bentuk nikmat yang datang adalah medan ujian yang mahaberat dari Allah. Mereka lebih suka menikmati dzikir dan ibadah pada-Nya. Mereka tidak pernah terpikat dengan kekayaan yang mereka miliki, sehingga tak pernah pula merasa berduka jika kekayaan itu lenyap dari tangan mereka. Juga tak merasa gembira dengan kekayaan tersebut, sehingga tak perlu berpikir panjang jika hendak memberikannya kepada orang lain.

Menurut ahli tafsir Abu Said Kharraz, mereka adalah sebagaimana yang difirmankan Allah, ''Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka ikutilah jalan petunjuk yang mereka lalui itu. (Al An'am: 90). Wallahu a'lam.

Minggu, 20 September 2009

Matematika Wahyu

Umar bin Khatab menyatakan menginfakkan setengah kekayaannya ketika Rasulullah menanyainya. Umar tidak khawatir kekayaannya berkurang akibat banyak dikeluarkan di jalan Allah SWT. Ini tentu berbeda dengan orang sekarang yang hanya berpikir sebatas akal semata. Rasulullah bersabda, ''Tiadaklah harta itu berkurang karena sedekah'' (HR Muslim). Dalam sabda lainnya, ''Infakkanlah harta kekayaanmu niscaya kamu akan diberi gantinya'' (HR Bukhari dan Muslim).

Bagaimana logikanya? Kalau dilihat dari kacamata manusiawi sulit dipahami. Bagaimana mungkin menginfakkan harta, tetapi tidak mengurangi harta yang dimiliki, bahkan akan bertambah? Hanya orang-orang yang beriman bisa memahami karena rezeki sepenuhnya di tangan Allah SWT. Bukankah Allah Maha-pemberi rezeki? Tidak ada yang susah bagi Allah, Yang Mahagagah.

''Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap butir itu seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas, lagi Maha-mengetahui'' (QS Al- Baqarah: 261).

Inilah matematika wahyu, satu berbanding tujuh ratus! Keuntungan 700 persen. Subhanallah. Perdagangan duniawi mana yang memberikan keuntungan sebesar itu? Tidak ada. Belum lagi Allah menjanjikan pahala besar. Ini benar-benar transaksi yang tidak pernah rugi.

Sebagai catatan, Allah, Pencipta manusia, memberitahukan bahwa balasan seperti itu tidak diperuntukkan bagi harta yang digunakan untuk menghalang-halangi tegaknya Islam. Allah SWT berfirman,''Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Pada neraka jahanamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan.'' (Al Anfal: 36). Sebaliknya, harta yang dinfakkan itu haruslah fisabilillah, seperti untuk menegakkan Islam, membantu menggelindingkan roda dakwah, melawan kafir imperialis, membantu fakir-miskin, dan menyemarakkan syiar Islam.

Patut kiranya kita renungkan firman Allah, ''Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang merugi. Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkanku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang saleh'.'' (QS Al-Munafiqun: 9-10). (Dedeh Wahidah Achmad)


republika

Uniknya 1 syawal tahun ini

Asalamualaikum....
Tanpa terasa sekarang kita semua sudah memasuki bulan baru, 1 SyawaL 1430 H. "Special day in special date", itulah yang pertama kali aku ingat, mau tau kenapa kawan? karena...1 Syawal tahun ini jatuh di tanggal yang istimewa 2009-2009, subhanalloh, dan kawan-kawan harus ingat, kalo di dunia ini tuh gak ada yang "kebetulan".
Dan artinya juga kawan-kawan, kita harus ditinggalkan oleh Ramadhan yang mulia. Semoga ini bukan Ramadhan terakhir kita, a...min..Kian hari, tanpa kita sadari waktu begitu cepat berlalu, tidakkah kalian semua menyadari itu? Ooh iya, sekarang aku semakin mengerti teori "Relativitas Einstein".Masih ingatkah kalian dengan pelajaran Fisika SMU pada BAB yang satu ini. Bagaimanapun,apapun, dan dari segi manapun BAB realitivitas ini selalu menarik untuk saya.
Dalam teorinya ini Einstein berujar, bahwa waktu itu bersifat "relatif", yang artinya kawan-kawan, setiap orang itu memiliki dan merasakan waktu yang berbeda. Bingung? mmm...sederhananya, jika ada 2 orang si a dan si B, mereka memiliki waktu yang sama, yaitu 1 hari = 24 jam, tapi bagi masing-masing mereka belum tentu merasakan waktu yang sama. Bisa jadi 24 jam bagi si A lebih terasa lama daripada 24 jam si B.Dan ternyata teori ini sudah tercantum beratus-ratus tahun yang lalu dalam Al-Qur'an lho, subhanalloh...